Bermain dalam Stimulasi Multiple Intelligences

blogger templates

Hingga saat ini Gardner telah menetapkan teori multiple intelligences terdiri dari delapan kecerdasan yang dapat di distimulasi apabila seseorang melakukan kegiatan langsung yang memungkinkan mereka memanfaatkan setiap kecerdasan. Pada anak-anak, kegiatan langsung itu harus mereka sukai dan memungkinkan mereka terlibat aktif di dalamnya. Bermain merupakan alternatif yang paling tepat.
Menurut Thompson dalam Tadkiroatun Musfiroh (2008), bermain merupakan bentuk belajar yang aktif, yang melibatkan seluruh pikiran, tubuh dan spirit. Sampai usia sembilan tahun, anak-anak belajar secara optimal ketika
mereka terlibat secara total di dalam kegiatan. Oleh karena itu, kegiatan bermain anak harus bervariasi, dan setiap kegiatan bermain itu menstimulasi berbagai bagian otak. Maka, tidak berlebihan jika permainan yang bervariasi dapat dijadikan materi dan cara yang tepat untuk menstimulasi kecerdasan anak. Meskipun tujuan utama bermain adalah untuk bersenang-senang, stimulasi kecerdasan tetaplah menjadi efek positif dari kegiatan tersebut.
Martuti (2008), menjelaskan bahwa para tokoh yang mendukung teori kognitif, masing-masing memberikan pandangan mengenai bermain, diantaranya:
a)      Piaget, anak menjalani tahap perkembangan kognitif sampai akhirnya proses berfikir anak menyamai proses berfikir orang dewasa. Ini adalah proses terperinci mengenai perkembangan kecerdasan anak. Melalui permainan, anak tidak belajar keterampilan baru, tapi dia belajar mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya.
b)      Smith, percaya bahwa transformasi simbolik yang muncul dalam kegiatan bermain khayal sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas mental. Smith juga berteori bahwa bermain merupakan variabilitas bermain memegang faktor kunci dalam perkembangan manusia.  Hasil penelitian dalam bidang neurologi menunjukkan bahwa potensi adaptif ini terbentuk dalam perkembangan otak manusia pada usia dini. Jadi, bermain pada usia dini dapat membantu aktualisasi potensi otak karena menyimpan lebih banyak variabilitas yang secara potensial sudah ada di dalam otak.
c)      Singger, bermain memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan, baik dari luar inginpun dari dalam, yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Laju stimulasi dari luar dan dari dalam semakin optimal, jika keadaan emosi menyenangkan dan itu diperoleh saat anak bermain.

Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan paling digemari oleh anak-anak usia dini. Bermain sangat penting bagi anak. Penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Para ahli sepakat, anak-anak harus bermain agar mereka dapat mencapai perkembangan yang optimal. Bagi anak, belajar dapat dilakukan dengan bermain. Anak-anak belajar dan bermain sepanjang waktu, sepanjang rentang hidupnya. Aktivitas bermain itulah sesungguhnya yang merupakan dunia dan sarana belajar anak. Artinya, anak-anak belajar melalui kegiatan bermain yang merupakan salah strategi dalam pembelajaran.
Sebagai usaha untuk melatih kecerdasan anak dapat dilakukan dengan bermain dengan menggunakan alat yang dapat merangsang dan mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Semakin maju ilmu pengetahuan semakin canggih pula alat yang dapat dikonsumsi oleh anak. Banyak alat permainan serba elektronik yang mutahir dan bersifat otomatis dan digital. Beberapa permainan ‘modern’ seperti game komputer bersifat edukatif. Beberapa permainan itu telah memasukkan materi pelajaran dalam program permainan tersebut. 
Menurut Oppenheim  adapun kelebihan yang terdapat dalam permainan yang mengunakan komputer yaitu: (1) permainan menjadi menarik; (2) dapat mengembangkan koordinasi tangan dan mata; (3) anak dapat dirangsang untuk melihat dan langsung bereaksi dengan menekan tombol-tombol; (4) dapat meningkatkan rentang perhatian dan konsentrasi; (5) dapat dijadikan ajang untuk kompetisi diri untuk mengetahui kemampuan sendiri. Selain itu, permainan dengan komputer dapat memicu kecerdasan anak untuk bereaksi cepat dan dengan latihan yang terus menerus anak menjadi tangkas.
Anak-anak cenderung memilih kegiatan bermain yang mengakomodasi kecerdasan yang dimiliki melalui bantuan media komputer dalam hal ini multimedia pembelajaran. 






.