Wapcyber4rt™ — "Si Kerudung Merah", "Hansel dan Gretel" dan berbagai dongeng Grimm lainnya membuat anak-anak dan orang dewasa berkilau terpesona.
Si Kerudung Merah dan Serigala
"Sekali waktu ada seorang anak perempuan yang selalu memakai kerudung merah dan karena itu dipanggil „si kerudung merah“. Suatu hari si kerudung merah disuruh ibunya untuk mengantarkan kue ke neneknya. Dibawanyalah kue itu menuju rumah neneknya, melalui jalan yang menembus hutan. Di perjalanan, si kerudung merah diintai seekor serigala jahat yang ingin memangsanya".
Suara aktris Marlies Ludwig merendah, ia berhenti sebentar dan memandang muka-muka kecil yang menatapnya. Dua puluh anak sekolah dasar duduk mengitarinya, di atas bantal-bantal berwarna-warni. Mereka datang bersama gurunya ke acara pembacaan cerita yang digelar dalam rangka Festival Dongeng.
Sedikit berbisik, anak-anak itu cekikikan melihat mantel hitam dan lebar yang dikenakan Marlies Ludwig. Tiba-tiba suara aktris itu meninggi, melanjutkan cerita si kerudung merah yang tengah ditanyai manis oleh sang serigala. Anak-anak itu terpukau, diam mendengarkan selama satu jam.
Cerita yang memukau
Dalam bercerita Marlies Ludwig memerankan tokoh-tokoh yang muncul dalam dongeng. Ia berkokok seperti ayam, mencibir serak seperti nenek sihir dan menari-nari bagaikan percikan api unggun. Terkadang ia mengajak anak-anak itu untuk turut berperan atau membenarkan kesalahannya. Juga karena dongengnya berbeda dengan cerita asli yang ditulis oleh kakak beradik Grimm.
Dibuka awal November, pameran ini memunculkan kilas balik suksesnya dongeng-dongeng Grimm selama 200 tahun. Kenyataanya, ciptaan kakak beradik itu termasuk dalam daftar buku Jerman yang paling banyak dibaca orang. Diterjemahkan dalam 160 bahasa, dongeng itu kerap diterbitkan ulang dalam bentuk komik, buku bergambar, animasi, film panjang, video clip dan pementasan panggung.
Pengumpul Dongeng
Awalnya tidak ada pertanda bahwa kumpulan dongeng kakak beradik itu akan sukses. Apalagi dongeng-dongeng rakyat yang dikumpulkan oleh Jakob dan Wilhelm Grimm pada abad ke-19 itu terdengar kaku. Bagai peneliti, kakak beradik itu hanya ingin mengumpulkan karya sastra rakyat dan mencatat sumber-sumber aslinya.
Terbitan pertama kumpulan dongeng hanya 900 eksemplar, disusun bersama penyair Clemens Brentano di tahun 1812 dan berjudul "Kinder- und Hausmärchen" atau „Anak-anak dan dongeng di rumah“. Buku ini ternyata bukan bacaan anak-anak.
Penambahan ilustrasi pada cetakan dongeng di sekitar tahun 1830-an juga berperan besar menjangkau publik yang semakin luas. Dalam kurun beberapa puluh tahun, dongeng-dongeng kakak beradik Grimm menjadi sahabat sebelum tidur anak-anak di banyak penjuru dunia.
Gaya Dongeng yang Mendunia
„Kedua penulis itu tampaknya menemukan bentuk dan gaya dongeng yang tepat dan bisa dinikmati orang di seluruh dunia“, jelas Carola Pohlmann.
Ia menilai, dongeng-dongeng Grimm seakan-akan lahir di berbagai budaya. Benang merahnya bisa ditemukan dalam cerita rakyat negara-negara lain, sehingga di mana saja dongeng-dongeng itu bisa dimengerti. Banyak anak-anak di Eropa Timur, Afrika maupun Asia yang akrab dengannya.
Buku-buku dengan ilustrasi berwarna yang pertengahan abad ke 19 dikerjakan secara manual, terbitan dengan ilustrasi gaya Jugendstil dan eksemplar dari masa pasca-perang, saat kertas sulit didapat dan cetakan berkwalitas buruk, semua merekam kondisi zamannya. Kini di pasaran Jerman, berjejer interpretasi baru, kadang nyeleneh dengan ilustrasi yang mengusik gelak. Diantaranya, saduran Susanne Berner dan Tomi Ungerer.
Jalan dan Tawaran Baru
„Bagaimanapun, pesonanya terletak dalam dongeng itu sendiri“, ungkap Carola Pohlmann. Juga, bagaimana dongeng itu bisa diceritakan kembali dan menimbulkan rasa kedekatan.
Dalam banyak keluarga masa kini budaya membacakan cerita sudah jarang, acara-acara seperti Festival Dongeng Berlin memberikan tawaran baru. Di festival itu, rasa bahwa mendengarkan itu nikmat mungkin akan timbul. Juga kesadaran bahwa pendongengnya tidak harus seorang aktor. Siapa saja bisa, baik itu olahragawan, pengusaha maupun politisi. Para organisator kerap memikirkan cara-cara baru yang menarik, agar anak-anak bisa hadir dalam dunia dongeng.
Setiap musim gugur di Berlin, disajikan lebih dari 800 acara seputar dongeng. Tahun ini pengunjung Festival Dongeng Berlin melebihi 150.000 orang.
Suara aktris Marlies Ludwig merendah, ia berhenti sebentar dan memandang muka-muka kecil yang menatapnya. Dua puluh anak sekolah dasar duduk mengitarinya, di atas bantal-bantal berwarna-warni. Mereka datang bersama gurunya ke acara pembacaan cerita yang digelar dalam rangka Festival Dongeng.
Sedikit berbisik, anak-anak itu cekikikan melihat mantel hitam dan lebar yang dikenakan Marlies Ludwig. Tiba-tiba suara aktris itu meninggi, melanjutkan cerita si kerudung merah yang tengah ditanyai manis oleh sang serigala. Anak-anak itu terpukau, diam mendengarkan selama satu jam.
Cerita yang memukau
Dalam bercerita Marlies Ludwig memerankan tokoh-tokoh yang muncul dalam dongeng. Ia berkokok seperti ayam, mencibir serak seperti nenek sihir dan menari-nari bagaikan percikan api unggun. Terkadang ia mengajak anak-anak itu untuk turut berperan atau membenarkan kesalahannya. Juga karena dongengnya berbeda dengan cerita asli yang ditulis oleh kakak beradik Grimm.
Jakob Grimm dan Wilhelm Grimm
"Dongeng-dongeng kakak beradik Grimm luar biasa ", puji Carola Pohlmann. Ia adalah Ketua Bagian Anak-anak di perpustakaan Berlin dan telah mengorganisir pameran yang diberi nama „Si Kerudung Merah Datang Dari Berlin“.Dibuka awal November, pameran ini memunculkan kilas balik suksesnya dongeng-dongeng Grimm selama 200 tahun. Kenyataanya, ciptaan kakak beradik itu termasuk dalam daftar buku Jerman yang paling banyak dibaca orang. Diterjemahkan dalam 160 bahasa, dongeng itu kerap diterbitkan ulang dalam bentuk komik, buku bergambar, animasi, film panjang, video clip dan pementasan panggung.
Pengumpul Dongeng
Awalnya tidak ada pertanda bahwa kumpulan dongeng kakak beradik itu akan sukses. Apalagi dongeng-dongeng rakyat yang dikumpulkan oleh Jakob dan Wilhelm Grimm pada abad ke-19 itu terdengar kaku. Bagai peneliti, kakak beradik itu hanya ingin mengumpulkan karya sastra rakyat dan mencatat sumber-sumber aslinya.
Terbitan pertama kumpulan dongeng hanya 900 eksemplar, disusun bersama penyair Clemens Brentano di tahun 1812 dan berjudul "Kinder- und Hausmärchen" atau „Anak-anak dan dongeng di rumah“. Buku ini ternyata bukan bacaan anak-anak.
Hänsel dan Gretel dari dongeng Grimm bersaudara
Dongeng-dongeng ini meraih sukses setelah ditulis ulang, disingkat, dibubuhi adegan-adegan khusus dan diberi kalimat khas pembuka dongeng Grimm : "Sekali waktu“ ,serta kalimat penutupnya „seandainya belum wafat, mereka masih hidup hingga hari ini“.Penambahan ilustrasi pada cetakan dongeng di sekitar tahun 1830-an juga berperan besar menjangkau publik yang semakin luas. Dalam kurun beberapa puluh tahun, dongeng-dongeng kakak beradik Grimm menjadi sahabat sebelum tidur anak-anak di banyak penjuru dunia.
Gaya Dongeng yang Mendunia
„Kedua penulis itu tampaknya menemukan bentuk dan gaya dongeng yang tepat dan bisa dinikmati orang di seluruh dunia“, jelas Carola Pohlmann.
Ia menilai, dongeng-dongeng Grimm seakan-akan lahir di berbagai budaya. Benang merahnya bisa ditemukan dalam cerita rakyat negara-negara lain, sehingga di mana saja dongeng-dongeng itu bisa dimengerti. Banyak anak-anak di Eropa Timur, Afrika maupun Asia yang akrab dengannya.
Tugu Grimm bersaudara
Terbitan-terbitan dongeng Grimm dalam kurun waktu dua ratus tahun kerap menunjukkan karakter lingkaran budaya dan citarasa si penerbit , selain itu trend yang berlaku di dunia cetak saat itu.Buku-buku dengan ilustrasi berwarna yang pertengahan abad ke 19 dikerjakan secara manual, terbitan dengan ilustrasi gaya Jugendstil dan eksemplar dari masa pasca-perang, saat kertas sulit didapat dan cetakan berkwalitas buruk, semua merekam kondisi zamannya. Kini di pasaran Jerman, berjejer interpretasi baru, kadang nyeleneh dengan ilustrasi yang mengusik gelak. Diantaranya, saduran Susanne Berner dan Tomi Ungerer.
Jalan dan Tawaran Baru
„Bagaimanapun, pesonanya terletak dalam dongeng itu sendiri“, ungkap Carola Pohlmann. Juga, bagaimana dongeng itu bisa diceritakan kembali dan menimbulkan rasa kedekatan.
Dalam banyak keluarga masa kini budaya membacakan cerita sudah jarang, acara-acara seperti Festival Dongeng Berlin memberikan tawaran baru. Di festival itu, rasa bahwa mendengarkan itu nikmat mungkin akan timbul. Juga kesadaran bahwa pendongengnya tidak harus seorang aktor. Siapa saja bisa, baik itu olahragawan, pengusaha maupun politisi. Para organisator kerap memikirkan cara-cara baru yang menarik, agar anak-anak bisa hadir dalam dunia dongeng.
Setiap musim gugur di Berlin, disajikan lebih dari 800 acara seputar dongeng. Tahun ini pengunjung Festival Dongeng Berlin melebihi 150.000 orang.